Diagnostic

Tidak Memiliki Gejala Tapi Hasil PCR Masih Positif?

Sudah tidak memiliki gejala atau keluhan tetapi hasil PCR masih positif, Mengapa bisa terjadi?

Covid-19 sebagai pandemi, telah menyebar di seluruh negara dunia termasuk Indonesia. Dalam proses screening, hasil PCR SARS-CoV-2 untuk spesimen usap merupakan gold standard dalam menentukan kasus COVID-19 yang terkonfirmasi. Setidaknya 2 hasil berulang PCR negatif SARS-CoV-2 menjadi kriteria sembuh dari COVID-19. Pada kenyataannya, banyak pasien yang sudah isolasi > 30 hari dan sudah tidak memiliki gejala atau keluhan tetapi hasil PCR masih positif. [1]

Ketika nilai CT value >30, aktivitas RNA virus sudah tidak ditemukan pada kultur virus. Kesimpulannya, hasil PCR dengan CT value positif tidak mengindikasikan virus yang hidup (viable). Perlu kita pahami juga bahwa nilai cut off CT value berbeda antara laboratorium satu dengan lainnya. [2] Penggunaan rapid test Antibody IgG & IgM dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui apakah antibodi IgG sudah terbentuk atau tidak. Antibodi IgG yang terbentuk menandakan bahwa virus tersebut sudah tidak lagi menular dan kekebalan jangka panjang. [3].

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas. Maka, bisa ditarik kesmipulan bahwa pemeriksaan rapid test Antibody IgG & IgM dapat digunakan juga untuk konfirmasi pasien dengan pemeriksaan RT-PCR dengan nilai CT>30

Gambar: Konfirmasi Negatif/Postif Pasien Covid-19

PT Biosains Medika Indonesia (Biosm) tersedia Cellex qSARS-CoV-2 IgG / IgM. Rapid Test untuk deteksi kualitatif antibodi SARS-CoV-2 IgM dan IgG dalam serum, plasma atau Whole Blood dari pasien yang terduga terinfeksi COVID-19.  Rapid test IgG IgM mempunyai kelebihan di antaranya, kemudahan  dalam  pengerjaan  sampel, biaya  pemeriksaan lebih  murah.  Sehingga mengurangi  kemungkinan  risiko  paparan  kepada petugas,   tidak   membutuhkan   peralatan   dan   ruangan   khusus.[4]


PT Biosains Medika Indonesia dapat memfasilitasi diskusi lebih lanjut mengenai Produk Diteksi COVID-19, Anda dapat melakukan diskusi dan penelitian lebih lanjut bersama kami dengan menghubungi kontak: Biosm Indonesia (+62 817 9154 607/info@biosm-indonesia.com/marketing@biosm-indonesia)

Baca juga: Metode Baru dalam Pengobatan selain Transplantasi Sel Punca

Mengapa Plaster Biru Di gunakan Pada Industri Katering?

EBV DNA Sebagai Biomaker Diagnosis Kanker NasoFaring (KNF)

Referensi:

  1. Perlukah Tes PCR Untuk Pasien Yang Telah Sembuh Dari COVID-19. https://www.alomedika.com/perlukah-pcr-pasien-telah-sembuh-covid19
  2. Rosita L, Yuantari R, Mulyono B, Intansari US, Zulfatina IB. Prolonged severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 positive polymerase chain reaction: a case report. Indonesian Journal of Medicine and Health. DOI: 10.20885/JKKI.Vol11.Iss3.art12
  3. Jacofsky D, Jacofsky EM, Jacofsky M. Understanding Antibody Testing for COVID-19. J Arthroplasty [Internet]. 2020;35(7):S74–81. Tersedia pada: https://doi.org/ 10.1016/j.arth.2020.04.055
  4. Agustina, dkk. PERBANDINGAN METODE RT-PCRDANTES RAPID ANTIBODIUNTUK DETEKSI COVID-19. Jurnal Kesehatan Manarang [Internet]. 2020: 6 (10) : 47–54.Tersedia pada: https://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m/article/view/317/118

 

Leave a Reply